Review Novel Gadis Minimarket- Murata Sayaka

Konten [Tampil]

 

Review Novel Gadis Minimarket- Murata Sayaka
Gadis Minimarket

Buku yang berjudul Gadis Minimarket (Convenience Store Women) ini sempat mencuri perhatian diberbagai kalangan pembacanya, novel ini masuk dalam deretan buku populer di berbagai platform penjualan buku

Identitas Buku

Judul: Gadis Minimarket
Penulis: Murata Sayaka
Tanggal Terbit: 03 Agustus 2020
Jumlah Halaman: 164 halaman
ISBN: 9786020644400

Sinopsis (Book Cover)

Dunia menuntut Keiko untuk menjadi normal, walau ia tidak tahu “normal” itu seperti apa. Namun di minimarket, Keiko dilahirkan dengan identitas baru sebagai “pegawai minimarket”. Kini Keiko terancam dipisahkan dari dunia minimarket yang dicintainya selama ini.


Alur Novel Gadis Minimarket- Murata Sayaka


Novel terjemahan yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama ini membawa kita pada sudut pandang seorang gadis bernama Keiko Furukura. Ia sejak kecil sudah dianggap sebagai seorang anak yang tidak normal, Keiko tumbuh dengan berbagai tingkah lakunya dianggap tidak normal. Dalam novel ini ia digambarkan sebagai seorang yang mungkin bisa dibilang "hampa" ia tidak merasakan kecewa, marah bahkan jatuh cinta. 

Keluarga Keiko berusaha untuk menterapi Keiko agar dapat sembuh, namun meski dengan berbagai upaya dan limpahan kasih sayang dari keluraganya ia tetap tumbuh dengan tidak normal dan menutup diri.
Bagiku diam adalah cara terbaik, seni hidup yang paling rasional untuk menjalani hidup. (Keiko hlm. 15) 
Dalam perjalanan hidunya ketika sedang menjalani kuliah, Keiko melamar pekerjaan sambilan pada sebuah minimarket yang baru dibuka. Sebelum menjadi pekerja pada minimarket tersebut Keiko dilatih dan diperkenalkan pada panduan atau SOP. Disini ia seolah menemukan panduan yaitu SOP pegawai minimarket untuk memenuhi definisi normal yang dikehendaki masyarakat terhadapnya. Ia mulai bertindak sebagai seorang pegawai minimarket dan meniru cara orang lain bertindak.

Keiko menjadi pekerja sambilan selama 18 tahun hingga umurnya menginjak 36, sampai disitu ia merasa ia sudah menyelami dunia masyarakat normal. Namun ternyata setelah itu masih ada tuntutan masyarakat normal lainnya. Orang-orang mulai mempertanyakan alasan ia tetap menjadi pekerja sambilan, mempertanyakan kenapa ia belum memiliki keluarga dan lain-lain. Pemikiran ini semakin bertumpuk didukung dengan kehadiran seorang pria bernama Siraha.

Tokoh

Tidak banyak tokoh yang menjadi sorotan pada novel Gadis Minimarket karya Murata Sayaka ini. Ceritanya tokohnya hanya seputar Keiko dan dirinya sendiri. Sekali-kali tokoh keluarga dan beberapa temannya ditampilkan sebagai usaha Keiko untuk normal, hingga pada pertengahan toko Siraha mulai diperkenalkan dan turut sering muncul dalam pergulatan pemikiran Keiko tentang bagaimana menjadi N-O-R-M-A-L.

Review Novel Gadis Minimarket- Murata Sayaka

Membaca novel ini membuat kita bertanya-tanya sebanarnya bagaimana standar normal yang seharusnya dijalani oleh seorang manusia yang hidup di tengah sebuah masyarakat. Buku ini membawa pada kesadaran bahwa betapa toxicnya standar kenormalan itu, bahwa jika kamu berbeda maka bisa jadi kamu tidak normal. 
Mungkin orang yang merasa hidupnya dilanggar oleh orang lain akan merasa sedikit lebih baik dengan menyerang orang lain menggunakan cara yang sama (Keiko, hal 92).
Buku ini menurutku mencoba mengkritik ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat normal tersebut, dimana orang cendrung menyalahkan sesuatu pada orang lain ketika ia menjadi korban penyalahan dari orang lain sebelum itu.

Disisi lain membaca novel ini bagi diriku pribadi membangunkan banyak kesadaran yang mungkin selama ini mungkin tertidur dalam diriku. Yang pertama ketika melihat Keiko seolah menemukan cara untuk menjadi normal dalam kehidupan ini dengan SOP pegawai minimarket menggambarkan betapa pentingnnya sebuah pegangan dan panduan dalam hidup ini. Dan kedua, aku mensyukuri hal itu meski dengan terbata-bata setidaknya dalam hidup ini aku/kita mempunyai panduan yang begitu sempurna (Al Quran) dan bersyukur diberikan iman untuk itu.

Oh iya satu lagi, jujur aku sebenarnya jarang srek dengan bahasa yang digunakan dalam buku terjemahan. Tapi, pada buku ini aku seolah merasa memang buku ini ditulis dalam bahasa indonesia. Entah pengaruh bukunya yang lumayan tergolong tipis  atau karena memang apa yang digambarkan oleh Muruta Sayaka memang sangat relateable sama kehidupan yang sedang kta jalani ?

~Setelah sekian lama (2 minggu) sibuk dengan kehidupan normal pada umumnya akhirnya lahirnya ulasan novel ini, yang sebenar sudah berbulan-bulan kubaca.
~Stay safe



Related Posts

25 komentar

  1. Yap setuju banget Mba, buku ini bikin kita bertanya "emang standar normal itu gimana sih?" jadi sadar banget sih setelah baca buku ini. Meskipun emang bagiku si anak fantasi alias ga bisa baca dengan cerita alur gini jadi agak bosen ditengah-tengah. Tapi, emang pesan moralnya juara banget!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju dengan Kak Tika :D
      Buku ini memang membuat kita jadi bertanya-tanya dan ada isu-isu sosial yang ingin disampaikan oleh sang penulis melalui buku ini.
      Tapi, aku juga merasakan kebosanan saat membaca buku ini, padahal buku ini terbilang tipis 😂

      Kak Rani, menurutku terjemahannya udah bagus tapi mungkin diksi yang digunakan oleh sang penulis yang membuat buku ini agak sulit dimengerti? 😂

      Hapus
    2. Setuju banget kak, maksudnya dibuku-buku terjemahan lain yg pernah coba kubaca😁.

      Hapus
  2. Baca ulasan buku ini jadi inget aku juga punya buku terjemahan yg belum ku jamah 😅😅😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayo bukunya manggil-manggi buat dibaca baca tuh mbak :D

      Hapus
  3. Baca sinopsis ini aja udah tergambarkan kalau novel nya penuh dengan makna ya. Dalem banget.

    BalasHapus
  4. Terkadang untuk menjadi normal memang harus ada keterpaksaan ya, supaya bisa diterima orang lain. Tapi agak susah juga sih ngejalaninya, harus sabar memang.

    BalasHapus
  5. covernya eyecatching banget yaa mba, jujur jadi pengin beli lihat dari covernya aja nih. APalagi setelah baca reviewnya, duh. OTW masukin wishlist

    BalasHapus
  6. Saya kira gadis minang lho, pas fokusin lagi eh minimarket ya ternyata. Bagus juga ini untuk dibaca, bisa memetik hikmah sekaligus menampar biar sadar :3

    BalasHapus
  7. aku aku aku.....aku mantan pegawai mini market. hehehe. tapi gak tau gimana dan apa yang sebetulnya dialami keiko. aku jadi penasaran sama jalan ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya menurutku juga yang dialami Keiko ini memang unsdescriable, khas cerita dari negeri Sakura gitu. Fenomena-fenomena yang dimasukan dalam alur cerita sering gak ketebak dan gak terpikirkan sebelumnya. Doraemon aja punya pintu kemana saja sama mesin waktu 😅

      Hapus
  8. Sepertinya bagus banget ni bukunya novel terjemahan kah ini.

    BalasHapus
  9. apakah keiko ini mengalami gangguan mental ya? aku pernah baca ada kelainan yang ga bisa merasakan emosi gitu ya.. aku jg jarang baca novel terjemahan menurutku bahasanya kadang ga pas hihi

    BalasHapus
  10. Aku jadi penasaran banget mbak setelah baca review-nya. Sepakat sih kalau kadang standar kenormalan itu memang membingungkan dan bahkan keliatan nggak normal, hehehe. Jadi inget salah satu drakor nih 'It's Okay to not be Okay'. karena sebetulnya nggak masalah kalau kenapa-kenapa, kalau nggak normal. Otw masuk daftar baca mbak

    BalasHapus
  11. Baca sinopsis nya kakak udah kegambar gimana keerennya cerita novel ini. pengen baca nih, dulu aku sempet kerja di department store gitu jadi kasir, jadi penasaran pengen baca langsung

    BalasHapus
  12. Aku baca ini belum selesai mba, heehehe baru bbeebrapa halaman duh.
    Jadi pengen ngelari dengan cepat apalagi cerita ini kan dari Jepang. Suka banget aku sama negeri satu itu.

    BalasHapus
  13. Sepertinya buku ini menarik untuk dibaca, jadi ingin tahu sebenarnya si Keiko tidak normal dimananya😂

    BalasHapus
  14. Keiko sepertinya menggambarkan kebanyakan orang juga yah heeh

    BalasHapus
  15. Heeh sepertinya Keiko menggambarkan kebanyakan manusia lain seperti sekarang:)

    BalasHapus
  16. Memang kadang ada standar normal yang berlaku di masyarakat tapi kadang ngga semua hal yang dianggap normal cocok untuk semua orang. Mungkin itu yang dialami tokoh Keiko kali ya.

    Pengin tahu bagian apa Keiko dianggap tidak normal, cuma sayangnya tidak punya bukunya.

    BalasHapus
  17. Ini novel terjemahan dari negeri Jepun yaa Ran? Dari ulasan Rani, sepertinya cukup related dgn kehidupan kita sehari hari. Aku jd pengen bacanya nih. Ada di iPusnas kah?

    BalasHapus
  18. Bagiku diam adalah cara terbaik, seni hidup yang paling rasional untuk menjalani hidup. (Keiko hlm. 15) membaca bagian ini aku jadi ingin membaca bukunya langsung

    BalasHapus
  19. Kayaknya menarik utk dibaca. Sebuah buku yang menjadi tamparan keras terhadap realita kehidupan sosial di masa kini

    BalasHapus
  20. Halo Kak Rani, salam kenal :) Aku setuju buku ini mengkritik ketimpangan kehidupan yang dianggap 'normal'. Latar belakang tempatnya sederhana, tapi banyak banget pesan 'nonjok' yang bisa diambil pembaca dari buku tipis ini. Makanya aku greget untuk nulis reviewnya juga di blog-ku hihihi.

    Dan ya, beberapa terjemahan diksinya memang agak aneh ya? Menurutku mungkin karena buku ini diterjemahkan langsung dari bahasa Jepang jadi ada kesulitan untuk menemukan padanan diksi yang tepat. Overall, buku ini must-read banget, terutama bagi orang-orang yang sedang mengalami quarter life crisis (kek aq) 🤭

    Nice review kak :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih telah membaca, bagaimana menurut mu ? Berkomentar tidak disarankan dengan anonim ya, biar bisa silahturahmi 🤭

Subscribe Our Newsletter